Ajaran Freemason
Buku yang sangat menyentuh baik nurani
maupun pikiran kita itu, berisi pandangan yang sangat dalam dan tajam terhadap
masyarakat Jawa. Sebagai pamong masyarakat, ia berpendapat bahwa masyarakat
Jawa harus diubah dari dasar sekali, agar mempunyai psikologis yang mampu
berdiri sejajar dengan para pendatang. Dengan begitu masyarakat Jawa dapat
membangun dirinya sendiri menjadi bangsa yang sama tinggi dengan penduduk dunia
lainnya.
Ia melihat bahwa masyarakat Jawa (pada waktu
itu) adalah masyarakat yang sangat mengabdi pada tuannya. Sangat ramah dan
sangat terbuka terhadap pendatang, namun menempatkan pendatang selalu di posisi
yang lebih tinggi. Akibatnya dapat dirasakan bahwa masyarakat Jawa banyak yang
bermental budak. Terjadilah perbudakan diantara masyarakat Jawa sendiri.
Menurut RMAA Purbo Hadiningrat ini, mental
yang seperti ini sudah berjalan ratusan tahun. Sebagai akibat ajaran-ajaran
yang terdahulu yang menempatkan manusia dalam kasta di jaman kejayaan kerajaan
Hindu, dan kemudian diteruskan dalam kejayaan kerajaan-kerajaan Islam yang
menempatkan masyarakat dalam strata majikan dan pekerjanya.
Masyarakat Jawa kelas bawah adalah masyarakat
petani yang hidup sangat sederhana sudah berabad-abad, tidak menuntut apa-apa,
yang pada akhirnya membawa mental yang mapan tidak termotivasi untuk melakukan
perubahan. Mereka adalah masyarakat yang sangatnrimo
dengan kehidupan. Dengan sikap hidup yang
demikian RMAA Purbo Hadiningrat melihat
bahwa jika mental ini tidak diubah secepatnya, maka bangsa Jawa akan hidup
tetap dalam kegelapan, kemiskinan, dan ketidak tahuan. Apalagi umumnya kelas
bawah dan jumlahnya sangat besar, adalah masyarakat yang tidak mempunyai
pendidikan dan hidup dalam kemiskinan.
Utamakan pendidikan dan perlu dengan
pendekatan budaya
Dalam tulisan-tulisannya itu, pertama-tama
RMAA Purbo Hadiningrat mengajukan pemikirannya kepada Grand Lodge Der
Nederlanden in Nederland Indië, yang
pada dasarnya adalah meminta bantuan bagaimana merusmuskan cita-citanya itu. Ia
mengusulkan agar pemikirannya bisa terwujud, diperlukan pembangunan sekolah-sekolah
untuk masyarakat kelas bawah. Sekolah-sekolah yang menggunakan pendekatan
budaya, yang menggunakan bahasa Jawa, namun berorientasi pada sekolah yang
sekuler. Sekolah yang didasarkan pada ilmu pengetahuan rang rasional. Bukan
sekolah-sekolah agama. Agama menjadi tanggung jawab keluarga.
Pendekatan budaya dimaksudkan agar pendidikan
lebih mudah diterima oleh kalangan bawah ini yang memang tidak pernah
bersinggungan dengan bahasa Belanda. Sekalipun demikian, RMAA Purbo Hadiningrat juga mengusulkan agar masyarakat kelas bawah juga diberi
pendidikan bahasa Belanda, sekolah-sekolah diajarkan bahasa asing lainnya
dengan maksud agar mampu membuka cakrawala lebih luas.Untuk mewujudkan
cita-citanya agar masyarakat kelas bawah ini mengenal makna kesetaraan dan
humanisme, keluargapun terutama para ibu diperkenalkan pada prinsip kesetaraan
dan humanisme. Kepada para ibu ini diharapkan dapat mengajarkan norma dan tata
nilai baru pada anak-anaknya, sekaligus juga mengangkat para wanita di dalam
rumah agar mempunyai kesetaraan dengan para lelaki. Selain para wanita
mendapatkan pendidikan tentang kesetaraan dan humansime, yang penting juga
adalah perlunya bentuk sekolah-sekolah yang mengajarkan suatu norma dan tata
nilai yang berorientasi pada kesetaraan dan humanisme.
Guna membangun cita-citanya ini, dan dapat
terwujud bagi seluruh masyarakat Jawa, bahkan masyarakat di Nusantara, RMAA
Purbo Hadiningrat mengusulkan agar Grand Lodge Der Nederlanden in Nederland
Indië, membuka Lodge Lodge baru yang beranggotakan orang-orang pribumi dengan
menggunakan bahasa lokal. Hal ini dimaksudkan agar para pribumi dapat
mempelajari pemikiran-pemikiran Freemason dalam bahasa Ibu, sehingga akan mudah
dipahami. Para pribumi inilah yang kemudian
melaksanakan pembangunan sekolah-sekolah tersebut.
Boedi Utomo dan Taman
Siswa
Buku RMAA Purbo Hadiningrat itu kemudian diterjemahkan dalam bahasa lokal dan digunakan sebagai inspirasi kerja para Mason pribumi. Dari sini kemudian tumbuhlah semangat memperbaiki masyarakat dengan jalan memberikan pendidikan yang lebih baik melalui pendirian sekolah-sekolah sekuler, perpustakaan, dan bimbingan masyarakat. Tugas ini dikerjakan oleh para Mason dan tergabung dalam yayasan-yayasan pendidikan di bawah naungan organisasi Boedi Utomo dan Taman Siwa. Suatu pendidikan yang mengutamakan kesetaraan dan humanisme, dalam bentuk sistem nilai dan norma, yang kemudian disebut sebagai budi pekerti. Sistem pendidikan yang didukung oleh rasionalitas dan saintifik.
Buku RMAA Purbo Hadiningrat itu kemudian diterjemahkan dalam bahasa lokal dan digunakan sebagai inspirasi kerja para Mason pribumi. Dari sini kemudian tumbuhlah semangat memperbaiki masyarakat dengan jalan memberikan pendidikan yang lebih baik melalui pendirian sekolah-sekolah sekuler, perpustakaan, dan bimbingan masyarakat. Tugas ini dikerjakan oleh para Mason dan tergabung dalam yayasan-yayasan pendidikan di bawah naungan organisasi Boedi Utomo dan Taman Siwa. Suatu pendidikan yang mengutamakan kesetaraan dan humanisme, dalam bentuk sistem nilai dan norma, yang kemudian disebut sebagai budi pekerti. Sistem pendidikan yang didukung oleh rasionalitas dan saintifik.
agar pembaca memahami
sisi Freemasonry - bukan dari kelompok anti masonik nya
Menurut saya freemason bukanlah organisasi yang
buruk, sayangnya banyak tulisan di media internet yang menyudutkan dan membuat
freemason menjadi terkesan negatif, padahal sebenarnya freemason itu banyak
melahirkan pemikir2 hebat di negara ini yang akhirnya sampailah pemikiran itu
yang memunculkan nasionalisme yakni budi utomo,,, saya sendiri jg yakin dr,
Soetomo itu masonic (walaupun bukti yang mendukung tak ada sehingga katakan
saja ini sebuah opini subjektif),,, walaupun mungkin karena organisasi
freemason merupakan organissasi yg bersifat tertutup sehingga banyak juga yang
tak tahu…. Masih ingat kan dulu juga ada tarekat bebas mason yang anggotanya
juga nasionalis….
Dr Sutomo bersama dengan Dr Wahidin Sudirohusodo mendirikan Budi Utomo - Bisa baca disini(dari jurnal KITLV):
Dr Sutomo bersama dengan Dr Wahidin Sudirohusodo mendirikan Budi Utomo - Bisa baca disini(dari jurnal KITLV):
Nu wij van de realia
(en de regalia!) bij de personalia zijn gekomen
is het interessant te vermelden dat vorig jaar de enige maanden geleden
gestorven Dr. Angka, die bij de oprichting van “Boedi Oetomo” aanwezig
was in het dagblad “Kompas” van 21 mei 1975, p. 1, heeft laten
weten dat Dr. Wahidin Soedirohoesodo niet de enige oprichter is geweest
van de vereniging maar “menggabungkan diri dengan Dr. Sutomo
dan bersama-sama mendirikan perkumpulan “Boedi Oetomo” “. Indien
dit waar is dan is wat over de eerste arts, een pur sang “Yogyanees”,
altijd geschreven is dus een mythe, maar dan een scheppersmythe, die
wel bewijst hoezeer men “Boedi Oetomo” en Yogyakarta onverbrekelijk
aan elkaar verbonden heeft geacht. Ook Nagazumi heeft getuige de
personalia, die hij memoreert dat wel geweten, maar de consequenties
daarvan niet getrokken omdat hij met de bovengenoemde realia niet
vertrouwd was.
is het interessant te vermelden dat vorig jaar de enige maanden geleden
gestorven Dr. Angka, die bij de oprichting van “Boedi Oetomo” aanwezig
was in het dagblad “Kompas” van 21 mei 1975, p. 1, heeft laten
weten dat Dr. Wahidin Soedirohoesodo niet de enige oprichter is geweest
van de vereniging maar “menggabungkan diri dengan Dr. Sutomo
dan bersama-sama mendirikan perkumpulan “Boedi Oetomo” “. Indien
dit waar is dan is wat over de eerste arts, een pur sang “Yogyanees”,
altijd geschreven is dus een mythe, maar dan een scheppersmythe, die
wel bewijst hoezeer men “Boedi Oetomo” en Yogyakarta onverbrekelijk
aan elkaar verbonden heeft geacht. Ook Nagazumi heeft getuige de
personalia, die hij memoreert dat wel geweten, maar de consequenties
daarvan niet getrokken omdat hij met de bovengenoemde realia niet
vertrouwd was.
Komentar
Posting Komentar